Ini yang dikatakan kalau ada niat pasti ada
jalan. Apalagi niat jalan-jalan! Memang betul hari minggu itu tanggal
merah, tapi tidak buat saya yang masih
harus ngeronda dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi. Meski cuma bisa tidur
sekejap saja dalam waktu tidak sampai 2
jam, saya tetap berkeras untuk ikut jalan-jalan Flobamora Community. Minta izin
pulang lebih awal dan jam 6 saya sudah stand by di rumah, bersiap untuk jalan.
Jalan-jalan kali ini
dengan destinasi Pantai Anabhara, sebuah pantai di kawasan utara Kabupaten Ende
di kecamatan Maurole tepatnya. Member yang ikut ada encim Tuteh Pharmantara,
kakak Ilham Hiwaman, Kak Shinta Diaz, Mas Sony, Armando, kak Iros Tani, dan Chici Mawar bermobil dan ada Sky Thedens juga Bastian yang
menggunakan sepeda motor. Adalah ide dari kak Shinta Diaz yang sebelumnya
pernah ke pantai Anabhar, langsung diaminin oleh cim Tuteh. Untuk ke pantai Anabhara bisa dijangkau
dengan mobil dan sepeda motor. Dengan angkutan umum bisa dengan bis atau bis
kayu (truk kayu yag disulap menjadi bis dengan dudukan dari papan) biasanya
lebih murah dibanding angkutan umum biasa atau travel. :D
Perjalanan kali ini
kondisi fisik benar-benar ngedrop, abis ngeronda, begadang, terus paginya harus
bermobil selama 2 jam-an dengan rute trans Flores yang asoy geboy kelokannya.
Lambung bergejolak, sepertinya tidak setuju dengan keinginan hati untuk
menjejakkan kaki di pantai Anabhara. Seisi mobil mulai membuat istilah baru
pengganti kata muntah dengan’coklat’. Kode yang aneh. Tidak membantu untuk
menghilangkan mual dan pusing. Kalau saya mungkin wajarlah mabuk perjalanan
karena maag kumat dan kurang istirahat, lebih anehnya si Armando ini mabuk
karena cium bau roti yang dimakan anak-anak di dalam mobil. *seperti ibu hamil
muda yang suka ngidam yang aneh-aneh* Perjalanan aneh oleh member aneh dalam
komunitas aneh, eh! *dirajam ibu ketua*
Kami melewati daerah
dataran tinggi dan merasakan hawa sejuk saat di kecamatan Detusoko dengan
padinya yang menghijau bersusun-susun indah menjadi terasering. Perjalanan
semakin ke utara dan hawa sejuk tadi semakin tertinggal di belakang saat
melewati kecamatan Welamosa, Wewaria, Ropa dan memasuki daerah pantai utara
kecamatan Maurole. Kondisi badan jalan menuju pantura ini agak memprihatinkan,
sudah jalannya sempit, lubang dimana-mana, digenangi air pula. Apa karena bukan
jalan provinsi makanya kurang mendapatkan perhatian Pemerintah yah?
Kami sempat berhenti
beberapa kali karena ada yang ‘coklat’ dan juga ‘panggilan alam’. Hahahaa..
terima kasih buat bapak-bapak Polisi yang baik hati di Polsek Maurole yang sudah
membolehkan toiletnya dipakai *kalau dibaekin gini dipuji-puji* :p